RENGEK BOCAH BERSELANG ZAMAN
Ang. YP – Sendang Nita
“Mbok,
aku ikut!” terdengar rengekan bocah tatkala melihat simboknya sedang bersiap
berangkat ke pasar membawa dagangan.
Waktu
masih dini hari. Di luar, gelap masih sepenuhnya menyelimuti langit. Suara
jangkrik masih terdengar, walau sudah mulai menjarang. Kentongan juga baru saja
berbunyi tiga kali. Tetapi, bocah itu telah terjaga dari tidurnya.
“Kamu
di rumah saja ya le? Main sama Juki, atau ikut masmu ke kali cari ikan.” Simbok
menolak dengan halus. Tangannya cekatan menata sayuran yang di petik dari
kebunnya kemarin sore dan juga umbi talas titipan tetangganya ke dalam rinjing.
“Tidak
mau! Aku mau iku Mbok!” bocah itu memaksa.
Bocah
itu memang sering ikut Simbok ke pasar, bahkan Simbok sendiri yang mengajaknya.
Berjalan pagi-pagi buta menempuh jarak tujuh kilo lebih dan menyusuri jalan
pinggiran hutan gunung Wilis, menjadi keasyikan sendiri baginya. Apalagi sepulang
dari pasar Simbok mengajaknya mampir ke rumah Paklik Nadi, saudaranya yang
punya pekarangan luas dan penuh pohon buah-buahan di perbatasan desa sana.
Perjalan itu persis seperti tamasya baginya.
“Tidak
usah le, kamu di rumah saja! Besok saja, sekalian kita mampir ke rumah Paklik
Nadi.” Simbok tetap berusaha menolak.
Hari
ini Simbok benar-benar tidak ingin anaknya ikut. Perjalanan hari ini bukan
perjalanan ke pasar seperti biasanya. Di bawah tumpukan sayur dan umbi talas
dalam rinjingnya, ada “titipan” yang harus disampaikan kepada perwakilan
laskar yang telah menunggu di suatu tempat dekat pasar sana. “Titipan” yang
tidak boleh diketahui orang luar satu pun. Titipan yang harus dijaga dengan
baik hingga nyawa yang menjadi taruhannya. Sebab itulah Simbok tidak ingin
anaknya ikut mendapat bahaya.
“Tidak
mampir ke rumah paklik juga tidak apa-apa. Pokoknya hari ini aku ikut!” bocah
itu tetap kekeh.
Simbok
menarik nafas dalam-dalam. Di dalam benaknya, Simbok tidak menemukan cara untuk
membujuj anaknya. Dia tidak mungkin mengatakan keadaan sebenarnya. Di samping
bocah itu masih terlalu kecil untuk memahami, dia juga takut ada orang lain
yang mendengarkan. Simbok tahu, lingkungan rumahnya semua orang dalam, tetapi
dia harus tetap berjaga dari kemungkinan ada orang luar yang kebetulan ada di
lingkungannya. Rahasia benar-benar harus rapat terjaga.
Simbok
paham betul dengan sifat anaknya. Bocah itu tidak pernah menangis ketika
meminta sesuatu, namun sangat sulit menolak keinginannya. Sekalipun bisa, harus
ada pengganti yang sepadan menurut hati bocah itu. Itu karena permintaannya
selalu hal yang sederhana, tidak pernah hal neko-neko yang menyusahkan
orang tua.
Permintaan
bocah itu kali ini pun sangat sederhana, hanya ikut Simbok ke pasar. Tetapi,
permintaan itu tidak sederhana bagi Simbok, karena menyangkut keselamatan nyawa.
Bukan hanya keselamatan dirinya dan anaknya, tetapi juga keselamatan bangsa.
Titipan yang ada dalam rinjingnya menyangkut keselamatan para laskar yang
berjuang mencapai kedaulatan bangsanya, karena dia saat ini sedang menjadi penghubung
antar markas yang ada di sekitar lereng gunung wilis.
“Iya
Mbok ya, aku ikut?” bocah itu kembali meminta karena melihat Simbok hanya diam
tidak menjawab permintaannya.
Simbok
menatap anaknya lekat-lekat. Dilihatnya bocah itu benar-benar serius dengan
permintaannya, dia telah mandi dan berganti pakaian. Benar-benar siap untuk pergi.
Melihat itu Simbok merasa menemukan jalan buntu dalam membujuk anaknya. Selain
itu, dia juga harus segera bergegas untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati
dan harapan agar tidak terjadi apa-apa dalam perjalanan nanti, Simbok
meluluskan permintaan anaknya.
“Ya
sudah kalau mau ikut, ayo berangkat!”Bocah itu sangat gembira mendengar jawaban
Simbok. Segera dia berlari ke luar rumah diiringi pandangan Simbok dengan
perasaan campur aduk.
Simbok
menggendong rinjingnya di punggung dengan kain jarik. Lalu dengan ...
Apik ceritane
ReplyDeleteMasih disengaja setengah jadi wkwk.
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteCeritanya bagus
ReplyDeletecerita yang sangat emosional ;)
ReplyDeleteBagus Ceritanya
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAnaknya nakal wkwkwkwkwkwk
ReplyDeleteMenurut saya, cerita ini sudah bagus walaupun masih setengah jadi
ReplyDeleteceritanya bagus kalimatnya mudah di pahami kalau bisa ceritanya lanjutkan sampai selesai biar tidak penasaran
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletecerita nya bagus tapi gantung
ReplyDeletejangan terlalu memaksa orang, untuk kemauan kita sendiri (ngantung ceritanya)
ReplyDeleteCeritanya bagus sekali, walaupun saya tidak terlalu mengerti.
ReplyDeleteSimbok sangatlah sabar.
ReplyDelete