Wednesday, January 20, 2021

Kolaborasi Cerpen Sengaja Setengah Jadi!

pinterest



RENGEK BOCAH BERSELANG ZAMAN

Ang. YP – Sendang Nita

 

“Mbok, aku ikut!” terdengar rengekan bocah tatkala melihat simboknya sedang bersiap berangkat ke pasar membawa dagangan.

Waktu masih dini hari. Di luar, gelap masih sepenuhnya menyelimuti langit. Suara jangkrik masih terdengar, walau sudah mulai menjarang. Kentongan juga baru saja berbunyi tiga kali. Tetapi, bocah itu telah terjaga dari tidurnya.

“Kamu di rumah saja ya le? Main sama Juki, atau ikut masmu ke kali cari ikan.” Simbok menolak dengan halus. Tangannya cekatan menata sayuran yang di petik dari kebunnya kemarin sore dan juga umbi talas titipan tetangganya ke dalam rinjing.

“Tidak mau! Aku mau iku Mbok!” bocah itu memaksa.

Bocah itu memang sering ikut Simbok ke pasar, bahkan Simbok sendiri yang mengajaknya. Berjalan pagi-pagi buta menempuh jarak tujuh kilo lebih dan menyusuri jalan pinggiran hutan gunung Wilis, menjadi keasyikan sendiri baginya. Apalagi sepulang dari pasar Simbok mengajaknya mampir ke rumah Paklik Nadi, saudaranya yang punya pekarangan luas dan penuh pohon buah-buahan di perbatasan desa sana. Perjalan itu persis seperti tamasya baginya.

“Tidak usah le, kamu di rumah saja! Besok saja, sekalian kita mampir ke rumah Paklik Nadi.” Simbok tetap berusaha menolak.

Hari ini Simbok benar-benar tidak ingin anaknya ikut. Perjalanan hari ini bukan perjalanan ke pasar seperti biasanya. Di bawah tumpukan sayur dan umbi talas dalam rinjingnya, ada “titipan” yang harus disampaikan kepada perwakilan laskar yang telah menunggu di suatu tempat dekat pasar sana. “Titipan” yang tidak boleh diketahui orang luar satu pun. Titipan yang harus dijaga dengan baik hingga nyawa yang menjadi taruhannya. Sebab itulah Simbok tidak ingin anaknya ikut mendapat bahaya.

“Tidak mampir ke rumah paklik juga tidak apa-apa. Pokoknya hari ini aku ikut!” bocah itu tetap kekeh.

Simbok menarik nafas dalam-dalam. Di dalam benaknya, Simbok tidak menemukan cara untuk membujuj anaknya. Dia tidak mungkin mengatakan keadaan sebenarnya. Di samping bocah itu masih terlalu kecil untuk memahami, dia juga takut ada orang lain yang mendengarkan. Simbok tahu, lingkungan rumahnya semua orang dalam, tetapi dia harus tetap berjaga dari kemungkinan ada orang luar yang kebetulan ada di lingkungannya. Rahasia benar-benar harus rapat terjaga.

Simbok paham betul dengan sifat anaknya. Bocah itu tidak pernah menangis ketika meminta sesuatu, namun sangat sulit menolak keinginannya. Sekalipun bisa, harus ada pengganti yang sepadan menurut hati bocah itu. Itu karena permintaannya selalu hal yang sederhana, tidak pernah hal neko-neko yang menyusahkan orang tua.

Permintaan bocah itu kali ini pun sangat sederhana, hanya ikut Simbok ke pasar. Tetapi, permintaan itu tidak sederhana bagi Simbok, karena menyangkut keselamatan nyawa. Bukan hanya keselamatan dirinya dan anaknya, tetapi juga keselamatan bangsa. Titipan yang ada dalam rinjingnya menyangkut keselamatan para laskar yang berjuang mencapai kedaulatan bangsanya, karena dia saat ini sedang menjadi penghubung antar markas yang ada di sekitar lereng gunung wilis.

“Iya Mbok ya, aku ikut?” bocah itu kembali meminta karena melihat Simbok hanya diam tidak menjawab permintaannya.

Simbok menatap anaknya lekat-lekat. Dilihatnya bocah itu benar-benar serius dengan permintaannya, dia telah mandi dan berganti pakaian. Benar-benar siap untuk pergi. Melihat itu Simbok merasa menemukan jalan buntu dalam membujuk anaknya. Selain itu, dia juga harus segera bergegas untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati dan harapan agar tidak terjadi apa-apa dalam perjalanan nanti, Simbok meluluskan permintaan anaknya.

“Ya sudah kalau mau ikut, ayo berangkat!”Bocah itu sangat gembira mendengar jawaban Simbok. Segera dia berlari ke luar rumah diiringi pandangan Simbok dengan perasaan campur aduk.

Simbok menggendong rinjingnya di punggung dengan kain jarik. Lalu dengan ...


16 comments:

  1. cerita yang sangat emosional ;)

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Menurut saya, cerita ini sudah bagus walaupun masih setengah jadi

    ReplyDelete
  5. ceritanya bagus kalimatnya mudah di pahami kalau bisa ceritanya lanjutkan sampai selesai biar tidak penasaran

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. jangan terlalu memaksa orang, untuk kemauan kita sendiri (ngantung ceritanya)

    ReplyDelete
  8. Ceritanya bagus sekali, walaupun saya tidak terlalu mengerti.

    ReplyDelete