A. Tegese Teks Dheskriptif Profil Tokoh
Teks dheskriptif profil tokoh yaiku salah sijine jinis teks wacana sing
digunakake kanggo njlentrehake profil tokoh.
B. Titikane Teks Dheskriptif Profil Tokoh
1. Ana idhentitas tokoh
2. Ana prestasi utawa perjuwangan sing diduweni tokoh
3. Ana kaluwihan sing mung diduweni tokoh (keistimewaan)
4. Ana bab sing patut kanggo ditiru (keteladanan)
C. Olah Teks Dheskriptif Profil Tokoh
1. Tatacarane Nggawe Teks Dheskrptif Profil Tokoh
a. nemtokake tema lan topik
b. nggoleki dhata faktuwal ngenani tokoh sing arep didheskripekake
c. nggawe reng-rengan (kerangka; idhentitas, prestasi, keistimewaan, keteladanan)
d. ndheskripsekake reng-rengan sing wis digawe
2. Njingglengi Teks Dheskriptif Profil Tokoh
Njinggleng neng kene yaiku ngoreksi, ndandani, lan ngowahi teks. Dhasar sing
digunakake kanggo ngingglengi teks kasebut diandharake ing ngisor iki:
a. tata tulis lan ejaane
b. tandha wacane
c. teges leksikal utawa gramatikale (makna tembung)
3. Maca lan Micarakake Teks Dheskriptif Profil Tokoh
Sajrone wicara sing apik, kudu ngerteni sapa sing ngomog, sapa sing dijak
ngomong, apa sing diomongake, lan kepiye swasanane. Dene teknik sing kudu
diduweni wong sing micara yaiku among cipta (nalar/logis), among swasana
(adaptif), among rasa (etis, empatis, lan estetis), lan among raga (tampilan).
4. Njupuk Dudutan saka Isine Teks Dheskriptif Profil Tokoh
1) njinglengi tema lan topik sing diwedharake kanthi lisan utawa tulis
2) ngerteni bakune gagasan saben pada utawa saben bageyan omongan
3) nggatekake dhata faktuwal sing diwedharake sajrone bageyan-bageyane wacan
kasebut, lan
4) nyundhukake apa sing diwaca utawa disemak karo kahanan sing ana ing bebrayan
adhedhasar kawruh utawa pengalaman sing
diduweni sadurunge.
Wednesday, October 21, 2020
Teks Dheskriptif Profil Tokoh
Tuesday, October 13, 2020
Sunday, October 11, 2020
Esai Bertele-tele untuk Temanku
Motivasi Mengedukasi Pentingnya Kesadaran
akan Kesehatan melalui Pendidikan Tinggi
Kurangnya
kesadaran pengetahuan kesehatan dari individu adalah faktor utama penyebab
masalah yang mengancam bagi kesehatan seseorang. Jika seseorang sakit, ia tidak
akan dapat memenuhi berbagai tugas dan kewajiban secara maksimal. Hal ini akan
mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Masalah kesehatan berawal dari kurangnya
perhatian terhadap lingkungan dan juga dirinya sendiri. Sangat sulit bagi
seseorang yang memiliki pemikiran statis berujung menyerah pada keadaan yang
dialaminya, tanpa adanya edukasi. Dalam hal ini, pendidikan berperan penting
untuk menyongsong perubahan seseorang agar memiliki kesadaran akan pentingnya
kesehatan.
Pendidikan
sangat penting bagi semua orang tanpa membedakan status sosial mereka.
Tujuannya untuk menularkan ilmu yang dimiliki. Ini menjadi suatu hal lazim yang
semestinya dijajaki oleh semua orang baik pendidikan secara formal maupun non
formal. Ukuran keberhasilan seseorang pun tak jarang ditentukan oleh tingginya
pendidikan yang ditempuh. Esensinya ialah menciptakan manusia yang berkualitas
dan berintegritas dengan menerapkan nilai-nilai dan tanggung jawab. Melalui
pendidikan tinggi, perlu adanya motivasi untuk mengedukasi seseorang agar
memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan kesehatan.
Motivasi berkaitan dengan persepsi
seseorang terhadap suatu hal. Dengan persepsi yang positif, dapat memperkuat
dorongan untuk mencapai hal yang diinginkan. Motivasi juga mempengaruhi pikiran
dan tindakan seseorang, serta mempengaruhi mengapa suatu perilaku diawali, terus
dilakukan, ataupun dihentikan. Seseorang yang memiliki motivasi cenderung
mempunyai tujuan untuk menjadi orang yang lebih sukses dibanding dengan
seseorang yang tidak memilikinya. Dorongan yang muncul dan menggerakkan
seseorang menjadi sesuai yang diinginkan bersumber dari kemauan dirinya dengan
apa yang telah dicita-citakan. Dalam hal ini adalah cita-cita untuk mengedukasi
pentingnya kesadaran akan kesehatan.
Kesehatan
merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan. Tanpa kesehatan, seseorang tidak
dapat menjalankan aktivitasnya secara optimal. Tetapi, semakin padatnya
aktivitas yang dimiliki seseorang menjadikan mereka terkadang mengabaikan
kesehatan. Tidak adanya waktu luang karena kesibukan di kantor, kampus,
perusahaan mengakibatkan seseorang tersita waktunya untuk menjaga kesehatan.
Banyak dari mereka yang kurang menyadari akan pentinnya hal tersebut. Ini
terjadi karena kurangnya animo dan apresiasi untuk menjaga tubunya dengan
berolahraga juga memakan makanan yang bergizi. Mereka hanya memforsir tubuh
dengan berpikir, bekerja, makan kenyang, dan istirahat begitu seterusnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat menunjang kesehatan perlu adanya tindakan atau
upaya yang dilakukan. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Hal tersebut tentunya akan
terwujud dari tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan salah satunya dengan
pengedukasian.
Nelson
Mandela pernah mengatakan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh yang
dapat digunakan untuk mengubah dunia. Ditilik dari pendapat tersebut tampak
jelas bahwa pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap dunia. Pasalnya, di
negara Indonesia tak jarang seseorang yang memiliki gelar tinggi hanya sebagai
kedok untuk mengelabuhi mereka-mereka yang berpendidikan rendah. Bahkan
sekalipun seseorang memiliki keahlian dalam bidang tertentu terkadang masih
diragukan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki gelar tinggi tetapi
keahlian yang dimiliki belum cukup memadai.
Berkaca dari hal tersebut, saya memiliki
motivasi untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui studi
lanjutan S-3 nantinya. Gelar doktor adalah tujuan formal yang paling tinggi
dalam jenjang akademik. Doktor tidak hanya dilihat dari atribut yang bersifat
eksternal tetapi merupakan tuntutan yang melekat pada profesi pendidik.
Pemegang gelar S-3 mendapatkan hak dalam berbagai bentuk yang tidak bisa
dinikmati oleh mereka yang memiliki gelar S-1 atau S-2. Selain itu, doktor
adalah simbol kepandaian dan intelektualitas yang memiliki penghargaan sosial
tinggi di tengah masyarakat. Namun hal tersebut tidak lepas dari tanggungjawab
moral yang harus diemban, yaitu tetap mengembangkan keilmuan yang dimiliki.
Studi
lanjutan S-3 salah satunya juga untuk mematahkan asumsi beberapa orang yang
berpendapat tentang bangku pendidikan. Mereka beranggapan bahwa pendidikan
hanya mempelajari informasi yang telah lalu. Mengenyam teori-teori basi dan
betolok ukur pada buku-buku yang sudah beberapa kali dicetak ulang dari tahun
ke tahun. Dengan asumsi demikian, banyak orang yang enggan untuk melanjutkan
studi. Mereka lebih memilih diam dengan memasrahkan takdirnya pada keadaan bahwa
Tuhan akan selalu bersamanya, melindunginya, kapanpun, di manapun tanpa harus
berusaha. Sungguh cara berpikir yang amat kuno.
Memiliki
pendidikan yang tinggi kemudian berkecimpung dalam masyarakat untuk mengedukasi
keilmuan yang dimiliki, yaitu pengetahuan kesehatan bagi saya teramat
menyenangkan. Ilmu yang saya miliki saya tularkan kepada mereka yang tentunya
juga ada pro dan kontra. Pro karena gelar dan keilmuan yang saya miliki, kontra
karena pemikiran-pemikiran kuno bahwa informasi yang saya berikan berasal dari
teori-teori basi. Tetapi, pro dan kontra tersebut tidak mematahkan motivasi
saya untuk terus maju dan menempuh apa yang saya cita-citakan.
Jadi, mengedukasi pentingnya kesadaran
akan kesehatan sangat penting dilakukan, utamanya bagi mereka yang sering
terlena untuk menjaga kesehatan. Melalui pendidikan tinggi, pengedukasian akan
lebih dipercaya oleh masyarakat kebanyakan, karena dianggap ahli di bidangnya.
Walaupun sebagian dari mereka juga ada yang menganggap remeh. Untuk menjaga
cita-cita tersebut tetap ada, diperlukan adanya motivasi, utamanya motivasi
dari diri sendiri.
Daftar Pustaka :
Cynarski, Wojciech J. & Kazimierz
Obodynski,” Factors and Barries of Development of Far Eastern Martial Arts and
Combat Sports in Poland,” Physical Culture and Sport Studies nd Reaserc 1
Volume (XLV), 2007, pp 139-148.
Motivasi Mengedukasi Pentingnya Kesadaran
akan Kesehatan melalui Pendidikan Tinggi
Kurangnya
kesadaran pengetahuan kesehatan dari individu adalah faktor utama penyebab
masalah yang mengancam bagi kesehatan seseorang. Jika seseorang sakit, ia tidak
akan dapat memenuhi berbagai tugas dan kewajiban secara maksimal. Hal ini akan
mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Masalah kesehatan berawal dari kurangnya
perhatian terhadap lingkungan dan juga dirinya sendiri. Sangat sulit bagi
seseorang yang memiliki pemikiran statis berujung menyerah pada keadaan yang
dialaminya, tanpa adanya edukasi. Dalam hal ini, pendidikan berperan penting
untuk menyongsong perubahan seseorang agar memiliki kesadaran akan pentingnya
kesehatan.
Pendidikan
sangat penting bagi semua orang tanpa membedakan status sosial mereka.
Tujuannya untuk menularkan ilmu yang dimiliki. Ini menjadi suatu hal lazim yang
semestinya dijajaki oleh semua orang baik pendidikan secara formal maupun non
formal. Ukuran keberhasilan seseorang pun tak jarang ditentukan oleh tingginya
pendidikan yang ditempuh. Esensinya ialah menciptakan manusia yang berkualitas
dan berintegritas dengan menerapkan nilai-nilai dan tanggung jawab. Melalui
pendidikan tinggi, perlu adanya motivasi untuk mengedukasi seseorang agar
memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan kesehatan.
Motivasi berkaitan dengan persepsi
seseorang terhadap suatu hal. Dengan persepsi yang positif, dapat memperkuat
dorongan untuk mencapai hal yang diinginkan. Motivasi juga mempengaruhi pikiran
dan tindakan seseorang, serta mempengaruhi mengapa suatu perilaku diawali, terus
dilakukan, ataupun dihentikan. Seseorang yang memiliki motivasi cenderung
mempunyai tujuan untuk menjadi orang yang lebih sukses dibanding dengan
seseorang yang tidak memilikinya. Dorongan yang muncul dan menggerakkan
seseorang menjadi sesuai yang diinginkan bersumber dari kemauan dirinya dengan
apa yang telah dicita-citakan. Dalam hal ini adalah cita-cita untuk mengedukasi
pentingnya kesadaran akan kesehatan.
Kesehatan
merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupan. Tanpa kesehatan, seseorang tidak
dapat menjalankan aktivitasnya secara optimal. Tetapi, semakin padatnya
aktivitas yang dimiliki seseorang menjadikan mereka terkadang mengabaikan
kesehatan. Tidak adanya waktu luang karena kesibukan di kantor, kampus,
perusahaan mengakibatkan seseorang tersita waktunya untuk menjaga kesehatan.
Banyak dari mereka yang kurang menyadari akan pentinnya hal tersebut. Ini
terjadi karena kurangnya animo dan apresiasi untuk menjaga tubunya dengan
berolahraga juga memakan makanan yang bergizi. Mereka hanya memforsir tubuh
dengan berpikir, bekerja, makan kenyang, dan istirahat begitu seterusnya.
Dalam
kehidupan sehari-hari agar dapat menunjang kesehatan perlu adanya tindakan atau
upaya yang dilakukan. Upaya kesehatan dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Hal tersebut tentunya akan
terwujud dari tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan salah satunya dengan
pengedukasian.
Nelson
Mandela pernah mengatakan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh yang
dapat digunakan untuk mengubah dunia. Ditilik dari pendapat tersebut tampak
jelas bahwa pendidikan memiliki pengaruh besar terhadap dunia. Pasalnya, di
negara Indonesia tak jarang seseorang yang memiliki gelar tinggi hanya sebagai
kedok untuk mengelabuhi mereka-mereka yang berpendidikan rendah. Bahkan
sekalipun seseorang memiliki keahlian dalam bidang tertentu terkadang masih
diragukan dibandingkan dengan seseorang yang memiliki gelar tinggi tetapi
keahlian yang dimiliki belum cukup memadai.
Berkaca dari hal tersebut, saya memiliki
motivasi untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya kesehatan melalui studi
lanjutan S-3 nantinya. Gelar doktor adalah tujuan formal yang paling tinggi
dalam jenjang akademik. Doktor tidak hanya dilihat dari atribut yang bersifat
eksternal tetapi merupakan tuntutan yang melekat pada profesi pendidik.
Pemegang gelar S-3 mendapatkan hak dalam berbagai bentuk yang tidak bisa
dinikmati oleh mereka yang memiliki gelar S-1 atau S-2. Selain itu, doktor
adalah simbol kepandaian dan intelektualitas yang memiliki penghargaan sosial
tinggi di tengah masyarakat. Namun hal tersebut tidak lepas dari tanggungjawab
moral yang harus diemban, yaitu tetap mengembangkan keilmuan yang dimiliki.
Studi
lanjutan S-3 salah satunya juga untuk mematahkan asumsi beberapa orang yang
berpendapat tentang bangku pendidikan. Mereka beranggapan bahwa pendidikan
hanya mempelajari informasi yang telah lalu. Mengenyam teori-teori basi dan
betolok ukur pada buku-buku yang sudah beberapa kali dicetak ulang dari tahun
ke tahun. Dengan asumsi demikian, banyak orang yang enggan untuk melanjutkan
studi. Mereka lebih memilih diam dengan memasrahkan takdirnya pada keadaan bahwa
Tuhan akan selalu bersamanya, melindunginya, kapanpun, di manapun tanpa harus
berusaha. Sungguh cara berpikir yang amat kuno.
Memiliki
pendidikan yang tinggi kemudian berkecimpung dalam masyarakat untuk mengedukasi
keilmuan yang dimiliki, yaitu pengetahuan kesehatan bagi saya teramat
menyenangkan. Ilmu yang saya miliki saya tularkan kepada mereka yang tentunya
juga ada pro dan kontra. Pro karena gelar dan keilmuan yang saya miliki, kontra
karena pemikiran-pemikiran kuno bahwa informasi yang saya berikan berasal dari
teori-teori basi. Tetapi, pro dan kontra tersebut tidak mematahkan motivasi
saya untuk terus maju dan menempuh apa yang saya cita-citakan.
Jadi, mengedukasi pentingnya kesadaran
akan kesehatan sangat penting dilakukan, utamanya bagi mereka yang sering
terlena untuk menjaga kesehatan. Melalui pendidikan tinggi, pengedukasian akan
lebih dipercaya oleh masyarakat kebanyakan, karena dianggap ahli di bidangnya.
Walaupun sebagian dari mereka juga ada yang menganggap remeh. Untuk menjaga
cita-cita tersebut tetap ada, diperlukan adanya motivasi, utamanya motivasi
dari diri sendiri.
Daftar Pustaka :
Cynarski, Wojciech J. & Kazimierz
Obodynski,” Factors and Barries of Development of Far Eastern Martial Arts and
Combat Sports in Poland,” Physical Culture and Sport Studies nd Reaserc 1
Volume (XLV), 2007, pp 139-148.
Thursday, October 8, 2020
Cerkak - Ruweting Pikir
dening Sendang Nita
Awang uwung dadi patemon
antarane lintang lan rembulan kang lagi nandang iba. Swara kewan ing wayah
lingsir uga nyingidake maksud sing padha. Kabeh nyekseni dleweran waspane kenya
manis kang lungguh ing emper ngarep cedhak cendhela. Wengi kuwi dheweke katon
ora kaya padatan. Ora sumringah, ora doyan mangan, apa maneh nandangi gaweyan.
Sajak ana sing muntir, kang njalari ruweting pikir. Dhasar Arimbi, mahasiswa UNY
jurusan seni tari. Wateke kalem, lan pasuryane nengsemake ati.
“Ana
apa ta Mbi? kawit mau kok sajake suntrut kebak pikiran,” takone Mira.
“Ora ana apa-apa Mir.
Garapanmu kawit mau kok durung rampung. Butuh ewang, ta?,” tawane Arimbi.
“Halah
Mbi, ora usah nyelemur neng bab liya ta. Aku iki takon. Wangsulana!
“Wis, ta
Mir ora ana apa-apa. Uwis, ora usah kuwatir.”
“Ya ora ngono, Mbi. Awake
dhewe iki kanca. Padha-padha wong perantauan, adoh saka wong tuwa.
Sabisa-bisane ya bantu-biyantu.”
Arimbi lan Mira padha-padha
mahasiswa UNY sing isih semester papat nanging beda jurusan. Umure watara 19
taun. Bocah loro kuwi wis meh rong taun urip bebarengan tunggal papan, yaiku
kos mawar ing dhaerah Yogyakarta. Watak watune Saben-saben ana masalah, Mira
mesthi crita. Semono uga Arimbi, nyritani bab sing perlu dicritakake marang
Mira. Nanging wengi kuwi tansah ana sing beda. Arimbi nyingidake bab sing dadi
ruweting pikir. Kanggone Arimbi, perkara apa wae sing dumadi marang dheweke,
kudu bisa diprantasi dhewe tanpa nyusahake liyan.
“Aku kudu piye? Dhuwit sepuluh juta saka beasiswa
kuliyah lan sangu saka ibu saiki wis amblas. Untunge kanggo mangan sabendina
aku isih nyekel dhuwit. Arep adol barang, ya wis ora ana sing didol. Nyuwun
sangu ibu maneh? Ah! Aku ora tega. Sing neng omah paribasan malik sirah dadi
sikil, sikil dadi sirah. Pontang-panting mrana mrene golek utangan kanggo
nyukupi kebutuhan, kanggo nyangoni aku. Adhuh Bu, Ibu. Ngerti ngene aku ora
usah kuliyah. Nyambut gawe neng luwar negeri, tuku sawah, mbangun omah, ngragarti
sekolah SMA lan SMP-ne Dhik Jani lan Tira. Penak! Ibu ora prelu dadi buruh
umbah-umbah, bapak ora prelu dadi tukang tatah. Howalah nasib, nasib, kepengin
nduwe laptop wae direwangi kena hipnotis barang. Pungkasane ora bisa mbayar SPP
kuliyah. Nganti rong sasi maneh aku ora ngolehke dhuwit limang juta, klakon
kena DO. Njur aku kudu piye?,” batine Arimbi.
Wengi
wis meh lingsir. Hawa tansaya adhem merga polahe angin sing ngrasuk ing
balung-balung sungsum. Arimbi isih durung nduwe krenteg kanggo mlebu menyang
kamare. Dheweke isih ngupaya golek cara supaya perkarane ora tambah dawa.
Kanthi riyip-riyip, panyawange tumuju marang konang kang lagi kiteran ngalor
ngidul. Tanpa dirasa, Arimbi angslup ing alam pangimpen.
Wayah
esuk, watara tabuh 06.30 Arimbi mlaku budhal kuliyah kanthi praupan sing
digawe-gawe supaya sumringah. Dheweke papasan karo pawongan bagus, gedhe dhuwur,
irunge mbangir, ambune wangi, kulitane kuning resik. Prasasat kaya Janaka ing
paraga wayang. Ngetarani banget yen kuwi wong pinter, wong pendhidhikan. Wektu
nuduhake tabuh 06.45. Limalas menit maneh, pasinaon diwiwiti. Sadurunge mlebu
klas, Arimbi lungguh ing badhug sing jarake kira-kira rong meter karo priya
kuwi. Dheweke mbatin, yen wong bagus lan pinter kaya ngono mesthi dadi
idham-idhamane para wanita kalebu dheweke.
“Mung
merga kuwi, aku koktinggal? Saiki daktagih, Mas. Balekna!“ ujare wanita sing
lagi karo Pandu.
Ora
sengaja Arimbi krungu cecaturane wong loro kuwi. Ora sengaja uga, dheweke
ngerti jenenge priya bagus kuwi, Pandu. Arimbi mesam-mesem tanpa preduli karo
wanita sing cecaturan karo Pandu mau. Bakune dheweke seneng, lan saora-orane
kedadeyan esuk kuwi bisa nambani seprapat dukane.
“Sampeyan
Arimbi, ya? Jurusan tari semster papat? Bener?,” pitakone Pandu.
“Leres,
Mas,” semaure Arimbi karo mesem semu isin.
“Aku
Pandu, Mas angkatane sampeyan semester wolu,” bacute Pandu simabi nyalami
Arimbi.
“Sssampeyan
kok tepang kalihan kula, Mas?”
“Ora
usah ngono ta Dhik. Biyasa wae. Hmm sapa sing ora kenal karo sampeyan?
Safakultas iki kira-kira wis dha ngerti yen sampeyan jenenge Arimbi, bocah
kuning, manis saka kutha Nganjuk.”
Saiba
senenge Arimbi kepethuk, kenalan, lan salaman karo Pandu. Apa maneh dheweke
dialembana yen kuning lan manis. Dheweke ngrasakake rasa sing beda nalika
kenalan karo Pandu. Sajak ana getering tresna. Nanging ora wani medharake.
“Dhik,
mengko bali saka kuliyah ketemu aku neng parkiran, ya. Ana sing pengin
dakomongake karo sampeyan,” ajake Pandu.
“Inggih,
Mas. Menawi mekaten kula tinggal rumiyin dhateng klas rumiyin.” Semaure Arimbi.
Jam
kuliyah wis rampung. Arimbi lan Pandu pethukan ing parkiran. Persis kaya sing
diomongake Pandu esuk mau. Rasa penasarane Arimbi kajawab. Ing kono, Pandu
ngajak Arimbi ngadani panliten Kreativitas
Mahasiswa, sing ana saben taune. Panliten sing dikarepake Pandu yaiku
panliten sendratari sing bisa ningkatake daya psikis penarine, ing salah sijine
sanggar seni Yogyakarta. Kandhane Pandu, menawa panliten kasebut klebu seleksi
lan menang, bisa ngolehake bebungah arupa dhuwit gedhene 25 yuta. Bab
panliten-panliten kuwi wis dingerteni dening Arimbi yen pancen ana lan dheweke
wektu semester telu biyen tau ngadani panliten uga, nanging durung bisa tembus.
Tanpa mikir dawa, Arimbi sarujuk karo Pandu.
“Sesuk
ya Dhik, tabuh 21.00 daksusul menyang kosmu. Awakedhewe langsung terjun menyang
sanggar,” ajake Pandu.
“Namung
kita, Mas? Hla anggota lintunipun kadospundi? Menapa mboten dipunajak?”
“O
iya, aku lali arep ngandhani kowe. Loro anggota liyane iki saka fakultas liya.
Sijine isih menyang luwar kutha, lan sijine isih nandang lara. Dadi ora bisa
langdung di ajak, Dhik,” panjlentrehe Pandu.
“Owalah,
inggih, Mas. Menawi mekaten kula ndherek mawon.”
***
Ganep
telung minggu, Pandu lan Arimbi ngleksanani panliten. Ya mung wong loro kuwi,
amraga anggota liyane isih padha kaya sing dikandhakke Pandu kawitan. Ing
sanggar kuwi Arimbi meruhi priya sing ora kalah bagus karo Pandu. Jenenge
Yudha, jangkepe Baratayudha. Bedane karo Pandu, Yudha katon luwih sopan karo
wong wanita. Yudha sing gawene nulungi Arimbi nalika mbutuhake samubarang
sesambungan karo panlitene. Dheweke uga ora sungkan crita-crita marang Arimbi.
Kalorone wis kaya kenal suwe. Arimbi uga tansah gayeng nalika cecaturan karo
Yudha. Wengi kuwi, Yudha nguntabake rasane menyang Arimbi. Tanpa dingerteni
Pandu. Dheweke kepengin Arimbi dadi katresnane. Nanging, Arimbi durung bisa
langsung mangsuli. Dheweke butuh wektu. Isih akeh sing dadi ruweting pikir,
utamane beya kanggo nglunasi SPP.
“Hlo
Mas, badhe menyang pundi? Sanggar arahipun nengen, mboten ngiwa,” ujare Arimbi.
“Menenga!
Aja kakehan takon! Kowe kudu manut!”
“Mas,
sampeyan kok dados kasar ngaten ta Mas. Sampeyan rak mboten neka-neka, ta
Mas?,” Arimbi wiwit keweden.
“Menenga!”
Arimbi
lan Pandu teka ing salah sijine montel kang manggon ing Yogyakarta. Bocah loro
kuwi mlebu ing kamar montel. Pandu meksa Arimbi menehake kabeh dhuwite. Arimbi
selak, merga dheweke pancen ora nduwe dhuwit kajaba dhuwit pas-pasan kanggo
mangan sabendina.
“Howalah
Mas, hla wong kula nampi ajakan sampeyan nliti panliten niki supados angsal
arta. Kok malah sampeyan suwuni arta. Nggih mboten gadhah, Mas, “ pranyatane
Arimbi.
Pandu
panggah meksa Arimbi supaya menehi dhuwit. Yen ora, Arimbi kudu nyuguhake awake
kanggo ngingoni nepsune Pandu. Wengi kuwi Arimbi kaya-kaya ketekan bangsa
singa, celeng, lan sardula sing dadi siji neng awake Pandu lan keluwen njaluk
pakan. Arimbi banget keweden. Dheweke ora bisa njerit, merga dibungkem dening
Pandu. Maneka cara dilakoni supaya bisa uwal saka bekasakane Pandu.
“Hayoo,
wong ayu, arep menyang endi, kowe he? Kowe ora bisa selak! Kowe kudu dadi
pacarku! Gelem ora he? Hahahah kowe ora bisa mangsuli. Neng endi wae paranmu
bakal dakjaluki wangsulan, wong ayu. Ora oleh dhuwit ora dadi ngapa. Aku isih
bisa mrawani kowe. Lasmi isih kalah ayu. Lasmi wis lali, karo aku. Ayo wong ayu,
ladenana aku,” Pandu sajak kedanen karo Arimbi.
Pranyata,
wong wadon sing karo Pandu esuk kae jenenge Lasmi. Bener, pandugane Arimbi,
Lasmi biyen dadi kinasihe Pandu. Apa sing dadi panjaluke Pandu, dituruti dening
Lasmi. Nanging, wektu kuwi wong tuwane Lasmi lagi bangkrut tanpa mikir dawa, Pandu
njaluk pisah. Lasmi gregeten, dheweke ngongkon Pandu mbalekake kabeh bandha
sing wis tau diwenehake.
“Tuluuung!
Tuluuuuung!,” bengoke Arimbi.
Dheweke kasil uwal saka Pandu. Mbukak
bungkeman lan mlayu metu liwat cendhela kamar sing wektu kuwi ora dikancing.
Mbok menawa lali. Nalika keplayu menyang ratan, Arimbi kepethuk Pak Susilo,
dhosene sing lagi marung neng cedhak montel.
“Ayo,
Mbi!” pangajake Pak Susilo.
Arimbi diajak Pak Susilo menyang kontrakane. Ing
kono, Arimbi nyritakake kedadeyan sing njalari dheweke keplayu. Pak Susilo
kaget lan rumangsa salah. Amarga, dheweke wis ngerti kabeh sipate Pandu.
“Panjenengan
kok mangertos sipatipun Mas Pandu, Pak? Lajeng wonten napa kok mboten
dipulapuraken pulisi kemawon,” takone Arimbi.
“Aku
karo Pandu biyen kanca raket. Padha-padha kuliyah neng ISI Yogya jurusan Tari.
Nanging, sarehne Pandu mbeling, dheweke kena DO. Njur pindhah neng universitas
liya, nanging aku lali endi kuwi. Bacute sing pungkasan iki, dheweke kuliyah
neng UNY nganti semester wolu iki. Kudune yen sapantaranku, dheweke wis dadi
dhosen kaya aku. Pandu kawit biyen pancen mbeling. Nanging aku ora kuwawa
kanggo nglapurake. Wong lanang sing nduwe urusan karo Pandu angel uwale. Mula
aku wegah. Wis, bene. Bisaku ya mung
nulungi wong-wong sing dadi korbane. Kagolong kowe. Iki, tampanen.”
“Niki
napa, Pak?”
“Dhuwit
kanggo mbayar SPP. Supaya kowe ora ke-DO.”
“Hlo,
Pak. Hlo Pak panjenengan...
“Wis
ta, tampanen. Mbok menawa iki wektu sing pas kanggo aku ngomong. Kawit awakmu
semseter loro, aku wiwit ngrasakake rasa sing beda. Bisa diarani tresna. Saben
aku mbukak laptop, saben aku numpak
montor, saben nyapo wae, wewayangmu tansah ngawe-awe. Aku bisa maca yen
aten-atenmu kuwi apik, Mbi. Ora kathik nunggu pakulinan kanggo meruhi sejatine
bocah wadon. Apa gelem kowe dadi semahku?
“Saderengipun
matur nembah nuwun, panjenengan sampun maringi arta maenika. Kula anggep niki
utang. Salajengipun nyuwun pangapunten, kula dereng saged mangsuli pitakenan
panjenengan.”
Perkara
sing sepisan sawetara rampung. Arimbi kasil mbayar SPP lan ora bakal kena DO.
Nanging, dhuwit sing saka Pak Susilo mau dianggep dhuwit utangan. Perkara sing
kapindho, Arimbi kudu menehi wangsulan kanggo pitakone telung priya mau. Yudha,
Pandu, lan Pak Susilo. Arimbi bingung. Lelakone ing Yogya ndadekake Arimbi
nandang wuyung marang ibune. Kepengin turu ing pangkone, sinambi ngesokake luh
saakeh-akehe.
---cuthel---
Daging-daging Lawak
tungkus-sendangnita |
TRESNAKU
KUKUT, KEMPUT
Dening Sendang Nita
Iki
tenan apa ngipi? sliramu
jumeneng nyunggi katresnan,
madhep mantep
ora ana sing owah, angenku ngumbara ing ngangkasa,
adhem ing
talingan keprungu petikan saka driji kang laras tur nyata
setaun kepungkur,
adhem nyawang sorot netramu, rasa
tentrem rinengkuh
ing astamu,
astaku, nanging engga wektu jumangkah mlaku, tresnaku
mring sliramu
dadi rangu, kalindhes wektu, dakkiter ning
saya
adoh lumayu, aku
diutus mlayu, ning sliramu
isih kaku
sejatine apa
sing dadi kekarepanmu? apa aku kudu
terus dadi
panglipurmu kanthi ngguyu? ning
sliramu isih
terus mecucu, dakkira wus
cukup samene
anggonku maju
nuruti
panjalukmu sing
ora tamtu nuruti
panjalukmu
sing sejatine
ngiris atiku, netesake luhku
dakkira wus
cukup samene wae
tresnaku wus
kukut
tresnaku wus
kemput
tresnaku wus kalimput pedhut
Surabaya, 24
September 2016
Ayem
Dening
Sendang Nita
Allahhu akbar,
Allahu akbar
pawongan kang
lagi dodolan padha bubar
para kadang
cilik gedhe, enom tuwa memba-memba dedonga
menyang omah
sing dianggep kaya istana, istanane kang maha kuwasa
ora nyawang jemuwah setu minggu senen selasa
kang luwih
wigati limang wektu sabendina menyang kana
adhem ayem sajroning
ati ngerti pawongan padha maca kitab suci
kitab kang
diugemi bisa nuntun lakuning manungsa mecaki urip iki
adhem ayem
sajroning ati nalika ngocap asma Gusti
tresnaku
marang Panjenengane pinatri teleng ing ati
Surabaya, 24 September 2016
Pangrasaku
Dening Sendang Nita
Nyawang sunar bagaskara tansah kaya mega
aku ora kenti nganti-anti tekane sasi sura
sasine pawongan bagus kang sipate lapang dhadha
pawongan kuwi sinebuta N..............o
ing sasi sura mengko aku percaya kasedhihan mesthi bakal
lunga
ing sasi sura mengko aku percaya
ati kang kalimput pedhut bakal madhangi jagad raya
Ge-er!!!
Ora saperangan pawongan sing kandha tembung kuwi
ah.. ora dakgubris ora daksela
nanging kandhane sangsaya cetha wela-wela
Hla kena apa?
iki pangrasaku!! pangrasa kang dakpercaya bisa nambani
atiku sing lagi tatu
Sapolah tingkahe pawongan bagus kuwi aku sansaya percaya
yen pangrasaku bakal dadi nyata
ing sasi sura dheweke bakal ngucapake tresna
Madiun, 29 September 2016
Kisahan
Tidak meminjam mata
pun bertukar
rupa, kawan
Beribu dalam
jam, berjuta dalam hari
beralih
pandang berbuang muka
hanya terucap
secuil kata,
berdengar siul
pada hiruk
Sedap kumbang
curi kembang
biarlah
sengketa lalu
Tidak ada akal
geladak antara kita, kawan
Jangan
menyembulkan seringai
Urungkan gusar
akan perihal
gerakkan pena
lantas
bersedu-sedu
pada malam
dua batang
kali kecilmu
akan singgah
di laut
[Surabaya, 9
Juni 2017]
-sendang nita-
Berdiri kita di ambang gerbang
kekinian setengah terbuka
Riuh rendah mencengkeram waktu
sekali lalu merentan hati
lambat-lambat berangan
guar tiada usah tiada dasar
Retina siapa dipinjam?
lihat diri terbalut sunyi pada hiruk
lihat diri tertungkus dalam laut
Kita berdansa pada puluh-puluh menit
lantas tergeliat dalam suka
[Madiun, 11 Juni 2017]
-sendang nita-
Akan
Malam Buta
Oleh:
Sendang Nita
Segan sembulkan
sinar
surya berbenam
kala senja
Tertukar awan
merah dengan
kelam berbalut
pekat lalu
menikus
tiap-tiap insan pada sunyi
Tiada gumam
tiada siul
elokkan kerlip
pada awang gemawang
hingga berdengar
cicit kelelawar,
tampak seringai
bertaring daripada
rubah, memalami
diri
Gerak udara bisu
mengangkat bulu
kapas
Senyum
simpul rembulan
bawa
insan pada riang
Kian malam bertambah buta
semakin
larut insan memeluk mimpi
Madiun, 17 Juni 2017
Aku adalah kaca
Berbalut
lumpur
Utuh tak
berkeping
Berbibir empat
berkata
nyaring
Aku kawan besi
bukan kaca
lagi
Adakah yang
bersihkan lumpur?
Adakah yang
mengurang bibir?
Adakah kaca
dikawan?
Ini kali habis kataku tuk menyebut
[Surabaya,
Desember 2016]
-sendang nita-
Retna Wayi
-sendang nita-
teruntuk orang-orang berbenar di tangga pagi tadi
kesatria molek nan berani
ya Retna Wayi
elok basa, elok budi
ya Retna Wayi
mandiri, mahir bela diri
ya Retna Wayi
lihai jalankan pion beragam strategi
ya Retna Wayi
perempuan pembuat kikuk lelaki
ya Retna Wayi
ya Retna Wayi
si molek berperangai luhur
ya Retna Wayi
si molek yang cinta akur
ya Retna Wayi
si molek tak mudah tersungkur
ya Retna Wayi
si molek benci kubu pilih baur
ya Retna Wayi
Retna Wayi
Retna Wayi
[Surabaya, 21 November 2017]
Moga-moga dapat menjadi cermin. Entah bening atau keruh, bergantung peranggapan kalian (orang-orang) dan saya.
Suara
Kepada Si Bendu
oleh:
sendang nita
Pikirku
tertabur akan hal yang mestinya kuraibkan.
Aku
termangu, kelu pada pilu tak menentu.
Kala
habis matahari terbenam hingga terbit,
aku
membayang, mengiang ucap demi ucap yang mengata:
aku
bagai cekarau besar liang, tubuhku berluluk, dua batang kali kecilku
mengalirkan air tuba, aku bertalam dua muka, supaya sangkut si rupa elok, katanya mereka.
Surabaya, 20 Mei 2017